Cari Blog Ini

Visit Indonesia 2011

Acara Hari Ini

Acara Hari Ini
Waktu dan Tempat: Ahad, 19 Juni 2011 @JEC (Jogja Expo Center)

Rabu, 25 Januari 2012

Kedua Tempat itu Sama

Semenjak berada di Jogja, Ilham tak jarang merasakan kedinginan disana. Kadang kepanasan. Ya. Cuaca Jogja akhir-akhir ini sedang tidak bersahabat dengan manusia. Kadang panas yang terik, kadang dingin yang sampai menusuk ke dalam tulang manusia. Secara wilayah, Jogja berada di tengah-tengah. Terletak tidak jauh dari pantai selatan dan juga gunung Merapi. Dua kepribadian cuaca yang berbeda. Terik-sejuk. Ilham seperti biasa tak jauh-jauh dari kegiatan hariannya. Beranjak ke kampus, berdiam aktif di Pusat Studi Islam, masjid kampus, dan terkadang terlelap disana. Ilham ketika itu sedang sendiri disana. Tanpa ditemani dengan sahabat-sahabat dekatnya. Safar yang biasa terlihat berjalan beriringan dengan Ilham tidak berada disana. Bahkan, Praba tidak juga terlihat disana. 

Suasananya persis ketika Ilham berada di kampung halamannya. Sunyi. Hanya angin berhembus kesana-kemari menerbangkan daun-daun kering dan sampah plastik. Sebenarnya dihadapan Ilham banyak orang. Ya. Ilham cenderung belum terbuka dengan masyarakat di kampung halamannya. Ia lebih suka berdiam diri di tempat-tempat tertentu. Misal, rumah bibinya, emaknya, dan rumahnya sendiri. Terlebih lagi jika ia bosan, pergilah ia menuju kota. Mungkin saja Ilham sudah terbiasa hidup di Jogja bersama sahabat-sahabatnya yang bisa dibilang klop. Ilham terlalu nyaman untuk itu. Maka, keadaan Ilham ketika ia di kampung halamannya seperti kelelawar. Keluar hanya di waktu-waktu tertentu. Lebih senang berdiam diri di tempat yang tidak kelihatan orang banyak. Tentu beralasan. Ternyata, Ilham belum mampu beradaptasi kembali dengan lingkungan kampung halamannya. Padahal, ia tumbuh besar disana. Ya. Sekali lagi jelas bahwa Ilham pasti masih punya keinginan untuk menyapa kembali orang-orang disana. Sangat beralasan dan jelas Ilham tidak menutup diri. Hanya saja ia takut tidak diterima dan apa yang dia miliki belum tentu bisa orang-orang kampung mengerti. Status sosial yang menjadi indikatornya. Mahasiswa berbicara dengan lulusan SD dan SMP. Apalagi tidak sedikit dari orang-orang kampungnya masih bersekolah di jenjang-jenjang pendewasaan.  

Ilham dengan segudang kepribadiannya mengkhawatirkan di tempat ia berdiri. Ketika itu di selasar gedung putih Pusat Studi Islam, tidak menemukan sama sekali sahabatnya. Padahal mudah saja, ketika ia mengirimkan pesan lewat telepon genggamnya itu pasti Safar dan Praba bisa ke tempat ia berdiri. Ilham terkesan sangat sederhana dalam melakukan sesuatu. Tidak mau susah-susah. Biarkan mereka datang sendiri, menghampirinya, meski di pikiran Ilham belum tentu mereka berdua datang tanpa ia melakukan sesuatupun. 

Mengapa judulnya disini kedua tempat itu sama? Jawabannya, secara implisit ada di cerita ini. Temukan perbedaannya dan persamaan dari kedua tempat itu. Kedua tempat itu apa saja? Coba tentukan. Selamat mencoba.

Selasa, 23 Agustus 2011

Setitik Tinta Pena untuk Kebaikanku (Perang Melawan Hawa Nafsu Negatif)

بسم الله الرحمن الرحيم 
Berdoa.. sudah..
Berusaha.. sudah..
Mencegah.. sudah..

pic : http://burhan4adan.files.wordpress.com/2011/05/0266.jpg

Lalu caranya apalagi?
Saya tidak habis pikir dengan hawa nafsu negatif saya. Betapa sulit dikendalikan di umurku yang masih menginjak 17 tahun ini. Setelah beberapa waktu silam, sampai saya merasa tak kuat melakukan hal yang berat-berat. Ini hasil dari hawa nafsu yang tak terkendalikan. Astaghfirullah. Saya selalu menceramahi orang agar berbuat baik, tapi pada diriku sendiri terkadang tidak melakukan apa yang saya ucapkan itu. Seperti apa saya ini? Teringat ucapan seorang teman, yang saya dengar seperti ini.

"Tahukah, di usia 18-20 tahun adalah usia menggebu-gebunya seseorang. Maka orang itu hanya melakukan hal yang bersifat positif, kemudian akan seterusnya berlaku positf. Begitu sebaliknya." ujar teman saya itu.

Berpikir dari ucapannya, saya memotivasi diri saya agar berlaku positif dalam hal apapun. Langkah setan menggoda pun mungkin kalah dari hawa nafsu negatif itu. Saya juga ingat betul, bahwa hawa nafsu sifatnya kuat, dan setan sifatnya jahat namun lemah. Tapi, keinginan itu terkadang muncul (kadang bisa dicegah dan kadang malah menuruti). Lebih besar menuruti malah. Astaghfirullah. Padahal, saya seringkali mendengar ceramah yang mengatakan: Hadirkanlah Allah di segala kegiatanmu. Maka kau tidak akan lagi berani melakukan kejahatan atau maksiat. Takutlah padaNya jika sewaktu-waktu nyawamu yang ada dalam genggamanNya kemudian dicabut olehNya dari jasadmu.  Masya Allah. Dzalimnya dirimu, wahai manusia kecil yang hina. Bagaimana kau mampu meraih cita-citamu? Dasar bodoh! Bodohnya dirimu! Padahal kau sudah menceritakan hal itu pada semua orang. Tidak malukah dirimu? Kau harusnya malu. Hukumlah dirimu saat kau melakukan hal itu lagi. Sangat tidak bisa dimaafkan! Mungkin itu yang diutarakan oleh hati kecil saya.
Betapa malunya dikau! Malu! Berulang kali kau memikirkan mati. Tapi, pada waktu-waktu yang lain, kau mengulanginya! Sungguh, kau dzalim! Mudah-mudahan Allah tidak melaknatmu dan murka padamu.

Saya akan selalu berdoa padamu ya Allah, hingga akhirnya saya mati dalam keadaan yang khusnul. Aku tidak ingin di pikiranku ini, terdapat pikiran-pikiran yang negatif dan buruk dihadapanMu ya Allah. Sungguh rasa malu ini akan terasa sepanjang dan sejauh saya melakukannya. Sangat tidak adil sekali jika Engkau selalu mengabulkan pintaku, tapi yang saya lakukan adalah hal-hal yang menurutmu tidak baik dan sangat tidak dikehendaki olehMu. Ya Allah lindungilah saya dari segala pikiran buruk itu dan perbuatan-perbuatan buruk ya Allah.


رَبَّنَا أَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ


Artinya : Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat, dan jagalah kami dari siksa api neraka.


Cirebon, 24 Agustus 2011 (dalam keadaan penuh hina)
pukul 03.10 WIB.

Sabtu, 21 Mei 2011

Tugas Kita, Sebagai Seorang Manusia


Assalammualaikum ikhwatiy fillah yang selalu dirahmati oleh Allah. Sungguh kalian harus benar-benar bisa mensyukuri apa yang telah dikaruniakan, dianugerahkan, diamanahkan oleh Allah SWT. untuk kita. Ingatlah kala kita masih dalam proses penciptaan, dan saat ruh ditiupkan ketika umur kita sudah 4 bulan dalam kandungan seorang ibu. Lantas kemudian Allah bertanya pada kita seperti apa yang difirmankan-Nya dalam surat QS. Al-Araf : 172 yang berbunyi:
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi," (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, "Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini." (QS. Al-Araf : 172).
Sungguh ketika itu, kita benar-benar sudah diberi tanggung jawab oleh-Nya untuk ditugaskan menjadi manusia yang nantinya akan senantiasa bertauhid pada-Nya. Kemudian, sangat beruntunglah kita dilahirkan dari rahim seorang ibu yang muslim (dari keluarga muslim), dengan otomatis kita pun menjadi muslim pula. Namun, bagaimana untuk teman-teman yang dilahirkan dari rahim ibu bukan muslim. Mereka akan memiliki tantangan yang lebih untuk mencari siapa Tuhan yang menciptakannya dan mencari agama yang benar dan lurus serta memiliki nilai yang mutlak (tanpa ada perubahan dalam ajarannya). Rasa syukur kita kemudian bertambah setelah melihat ceritera dan peristiwa seperti itu. Subhanallah

Sekiranya yang patut kita sadari adalah bagaimana kita bersama hati kita mencerna benar-benar kemusliman kita. Serta tugas-tugas kita. Mungkin kita terkadang tidak sadar dengan apa yang harus kita lakukan pada-Nya. Akan tetapi, kita sebagai umat manusia, khususnya kaum Muslimin di dunia ini sesungguhnya memiliki tugas besar yang harus kita penuhi, yakni sebagai khalifatullah (wakil Allah) di muka Bumi dan 'abdullah (hamba Allah) yang senantiasa mengharap pada Allah. Kedua tugas itu sudah difirmankan oleh-Nya dalam QS. Sad : 26 dan QS. Az-Zariyat : 56 yang berbunyi sebagai berikut:

"(Allah berfirman), "Wahai Dawud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di Bumi, maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan." (QS. Sad : 26).
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Az-Zariyat : 56).
 Setelah melihat kedua ayat tersebut, agaklah dari diri kita timbul rasa tanggung jawab kita terhadap Allah SWT. yang sesungguhnya telah diberikan saat kita lahir. Sebagai khalifah (penguasa) hendaknya kita harus memiliki rasa adil terhadap diri kita sendiri dan kalangan manusia yang lain. Memberikan dan memutuskan perkara dengan adil, seperti apa yang difirmankan-Nya dalam QS. Az-Zariyat : 56 tadi. Juga dengan tugas itu, agaknya kita juga mampu memimpin diri sendiri dan orang lain sehingga kita mampu mengajak manusia yang lain ke dalam jalan yang benar dan lurus ('amar ma'ruf nahi munkar), khususnya selalu bertauhid pada-Nya. Kemudian tugas yang kedua ialah 'abdullah (hamba Allah), yakni disini kita mampu menjalankan kewajiban yang telah diberikan oleh Allah SWT. yang kemudian disebut dengan takwa. Dengan itu juga, kita harus memenuhi kewajiban kita sebagai seorang muslim yakni dengan merunut dari 5 Rukun Islam : (1) Bersyahadat pada Allah SWT., (2) Mendirikan sholat, (3) Membayar zakat, (4) Puasa di bulan Ramadhan, dan (5) Naik haji (bagi yang mampu). Kelima kaidah tersebut, harus mampu dipenuhi bagi seorang umat muslim, yang notabene itu adalah sebagai acuan kita untuk beribadah kepada-Nya. 

Sebelumnya juga, kita harus betul-betul mengimani bahwa hanya Allah, Tuhan yang menciptakan kita dan seluruh alam beserta isinya. Mengimani malaikat, rasul-rasul, kitab-kitab yang diturunkan, hari kiamat, serta qada dan qadar Allah. Kedua tugas yang di atas tadi : khalifatullah dan 'abdullah  haruslah benar-benar kita jalankan. Dari kita mengimani Allah sampai pada mengimani ketetapan-ketetapan-Nya dan juga dari kita memimpin diri kita sampai kita memutuskan dan memberi perkara yang adil bagi manusia-manusia yang lain. Semoga artikel ini mampu mencerahkan umat muslim yang mungkin masih belum mengetahui tugas-Nya sebagai seorang manusia. Apabila terdapat kesalahan, mohon diperbaiki dengan berkomentar di bawah postingan artikel ini. Jazakumullah khairan katsiron. Wallahu 'alam bishshowab. Wassalammualaikum Wr. Wb.

Rabu, 09 Maret 2011

Upgrading Pengurus Al-Huda FBS UNY 2011-2012

Platform of Upgrading Al Huda 2011
3boysofsmandela.blogspot.com - Proses perbaikan diri tidak hanya mementingkan doa sekalian usaha. Akan tetapi suasana suportif yang selalu memberikan persuasi positif pada kita. Al Huda, sebuah UKM Fakultas yang bergerak di bidang kerohanian -Islam- hadir atas izin Allah SWT. untuk memberikan keperluan dalam proses muhasabah para perindu-Nya. Melangkah dari tahun ke tahun, selalu saja terdapat setitik agenda yang sama. Dari proses pengkaderan yang memiliki ending bahagia penuh haru dalam eratnya tali ukhuwah sampai proses yang lebih intens namun ramah, itulah Upgrading. Pembaharuan dalam suatu kehidupan itu pasti. Betapa sulitnya pikiran kita dalam mencari kumpulan-kumpulan orang yang memiliki orientasi sama serta proses marifat yang terkadang lama. Ia hadir untuk menjadi media pendalaman bagi para pengurus. Singkat waktu, hadirilah kegiatan kultural kami. Upgrading pengurus Al Huda 2011 yang insya Allah akan dihelat di SD IT Baitussalam Prambanan tanggal 11-12 Maret 2011. Jadilah pribadi yang senantiasa bermuhasabah dan bersama-sama memperjuangkan dinullah sehingga ia akan menjadi agama yang menjadi Rahmatan lil 'alamin! Teriakkan Allahuakbar bagi diri kita dan seluruh saudara-saudara kita. Info selengkapnya dapat diakses di http://www.facebook.com/hafizhhamdan?success=1

redige par: hamdan 3boyz
special a: Les comites de Al Huda
website officiel: www.rohisfbs.wordpress.com

Minggu, 09 Januari 2011

Cirebon University Fair 2011


Bismillahirrahmanirrahiim
Assalammualaikum Wr. Wb.


Salam Cirebon University Fair 2011 - Sebuah Awal Nyata Membangun Peradaban!
Hidup mahasiswa-hidup mahasiswa-hidup mahasiswa...
Jargon dengan kepalan tangan kanan ke atas ini menjadi semangat yang berkobar bagi para mahasiswa se-Indonesia. Begitu juga dengan mahasiswa Cirebon. Mahasiswa Cirebon yang bersekolah (ngampus) di Perguruan Tinggi Nasional dan masyarakat Cirebon patut berbangga. Karena insya Allah untuk meramaikan semangat pendidikan yang sifatnya kontinu, akan diadakan sebuah acara skala lokal (khusus bagi Cirebon), yakni Cirebon University Fair 2011 dengan jargon "Sebuah Awal Nyata Membangun Peradaban" pada tanggal 5-6 Februari 2011 di Alun-alun Kejaksan Cirebon. Dengan simbol mega mendung yang memberikan filosofi sebuah ciri khas masyarakat Cirebon, serta warna yang bermacam-macam yang mengartikan keberagaman kampus yang dinaungi oleh para mahasiswa asal Cirebon ini, akan banyak sekali memberikan kebermanfaatan bagi para insan muda khususnya para pelajar kelas 3 SMA. Khususnya, pelajar-pelajar yang berkeinginan untuk melanjutkan studinya di sekolahnya para mahasiswa (Perguruan Tinggi) itu. Acara berskala lokal ini akan menyediakan banyak sekali fasilitas seperti, bazaar, pameran pendidikan, dan acara-acara lain, serta menghadirkan beberapa Perguruan Tinggi Nasional.  Menghadirkan pula para perangkat pemerintah kota Cirebon yang akan meramaikan jalannya acara tersebut. Acara yang berlangsung dua hari ini, memiliki tujuan untuk memberikan informasi-informasi terkait Perguruan Tinggi Nasional dan juga memberi motivasi pada seluruh insan muda pembelajar Cirebon yang ingin melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi. Dilandaskan juga atas banyaknya mahasiswa Cirebon yang berkuliah di Perguruan Tinggi Nasional di luar kota Cirebon dan inisiasi dari mereka yang peduli terhadap pelajar-pelajar Cirebon yang haus akan informasi tentang Perguruan Tinggi Nasional tersebut. Dengan dilaksanakannya kegiatan ini, kami selaku panitia CUF 2011 ini, berharap mampu memberikan wawasan terkait Perguruan Tinggi Nasional kepada para pelajar yang berniat untuk melanjutkan studinya. Perlu dicatat, acara ini GRATIS bagi seluruh masyarakat Cirebon, khususnya para pelajar. Tunggu dan jadilah partisipan untuk menyukseskan acara tersebut. Dengan semangat dan doa, kita pejamkan mata dan membayangkan Cirebon Emas dengan Bersekolah.. Amiin.. Amiin.

posted by: hamdan 3boyz
situs web resmi: www.cuf2011.co.cc
© 2011 - three boys information

Minggu, 19 Desember 2010

BULAN SURO, BULAN PETAKA?


Al-Muharram - Syahrullah
3boysofsmandela.blogspot.com - Bulan Suro – yang dalam Islam dikenal dengan bulan Muharram- terkenal sakral dan penuh mistik di kalangan sebagian orang. Saking sakralnya berbagai keyakinan keliru bermunculan pada bulan ini. Berbagai ritual yang berbau syirik pun tak ketinggalan dihidupkan di bulan ini. Perlu kita tahu bahwa bulan Muharram dalam Islam sebenarnya adalah bulan yang mulia sebagaimana akan diulas dalam tulisan sederhana berikut ini.

Bulan Haram, Jangan Dikotori Syirik dan Maksiat
Dalam Islam, bulan Muharram merupakan salah satu di antara empat bulan yang dinamakan bulan haram. Lihatlah firman Allah Ta’ala berikut (yang artinya), Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah: 36)

Lalu apa saja empat bulan suci tersebut? Dari Abu Bakroh, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.[1]

Lalu kenapa bulan-bulan tersebut disebut bulan haram? Al Qodhi Abu Ya’la rahimahullah mengatakan, ”Dinamakan bulan haram karena dua makna. Pertama, pada bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan. Orang-orang Jahiliyyah pun meyakini demikian. Kedua, pada bulan tersebut larangan untuk melakukan perbuatan haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya karena mulianya bulan tersebut. Demikian pula pada saat itu sangatlah baik untuk melakukan amalan ketaatan.”[2]

Jika sudah jelas hal ini, maka sungguh menyedihkan jika kedatangan bulan Muharram malah dikotori dengan tradisi syirik dan ajaran yang tidak ada dasarnya dalam Islam.  Coba lihat “Tradisi Kirab Kerbau Kyai Slamet Pada Kirab Pusaka 1 Suro” di Solo. Ketika kerbau tersebut lewat, orang-orang pun ngalap berkah dengan kotorannya. Begitu pula bagaimana yang terjadi di Jogja dengan tradisi tapa bisu dengan mengelilingi benteng Keraton Yogyakarta pada Malam 1 Suro. Mungkin ada aktivitas lainnya lagi  yang berbau syirik karena baru-baru ini Jogja ditimpa bencana Merapi. Sungguh sayang bulan yang suci malah disambut dengan amalan syirik dan maksiat pada Allah.

Bulan Muharram, Syahrullah (Bulan Allah)
Suri tauladan dan panutan kita, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada syahrullah (bulan Allah) yaitu Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.”[3]

Al Hafizh Abul Fadhl Al ’Iroqiy mengatakan dalam Syarh Tirmidzi, ”Apa hikmah bulan Muharram disebut dengan syahrullah (bulan Allah), padahal semua bulan adalah milik Allah?” Beliau rahimahullah menjawab, ”Disebut demikian karena di bulan Muharram ini diharamkan pembunuhan. Juga bulan Muharram adalah bulan pertama dalam setahun. Bulan ini disandarkan pada Allah (sehingga disebut syahrullah atau bulan Allah, pen) untuk menunjukkan istimewanya bulan tersebut. Dan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sendiri tidak pernah menyandarkan bulan lain pada Allah Ta’ala kecuali bulan Allah (yaitu Muharram)[4]. Jelaslah bahwa bulan Muharram adalah bulan yang sangat utama dan istimewa.

Bulan Suro, Bulan Penuh Bencana dan Musibah?
Itulah berbagai tanggapan sebagian orang mengenai bulan Muharram. Sehingga kita akan melihat berbagai ritual untuk menghindari kesialan, bencana, musibah dilakukan oleh mereka. Di antaranya adalah acara ruwatan, yang berarti pembersihan. Mereka yang diruwat diyakini akan terbebas dari sukerta atau kekotoran. Ada beberapa kriteria bagi mereka yang wajib diruwat, antara lain ontang-anting (putra/putri tunggal), kedono-kedini (sepasang putra-putri), sendang kapit pancuran (satu putra diapit dua putri). Mereka yang lahir seperti ini menjadi mangsa empuk Bhatara Kala, simbol kejahatan. Karena kesialan bulan Suro ini pula, sampai-sampai sebagian orang tua menasehati anaknya seperti ini, ”Nak, hati-hati di bulan ini. Jangan sering kebut-kebutan, nanti bisa celaka. Ini bulan suro lho.” Karena bulan ini adalah bulan sial, sebagian orang tidak mau melakukan hajatan nikah, dsb. Jika melakukan hajatan pada bulan ini bisa mendapatkan berbagai musibah, acara pernikahannya tidak lancar, mengakibatkan keluarga tidak harmonis, dsb. Itulah berbagai anggapan masyarakat mengenai bulan Suro dan kesialan di dalamnya.

Ketahuilah saudaraku bahwa sikap-sikap di atas tidaklah keluar dari dua hal yaitu mencela waktu dan beranggapan sial dengan waktu tertentu. Karena ingatlah bahwa mengatakan satu waktu atau bulan tertentu adalah bulan penuh musibah dan penuh kesialan, itu sama saja dengan mencela waktu.

Mencela Waktu atau Bulan
Perlu kita ketahui bersama bahwa mencela waktu adalah kebiasaan orang-orang musyrik. Mereka menyatakan bahwa yang membinasakan dan mencelakakan mereka adalah waktu. Allah pun mencela perbuatan mereka ini. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), ”Dan mereka berkata: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa (waktu)”, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (QS. Al Jatsiyah: 24). Jadi, mencela waktu adalah sesuatu yang tidak disenangi oleh Allah. Itulah kebiasan orang musyrik dan hal ini berarti kebiasaan yang jelek.

Begitu juga dalam berbagai hadits disebutkan mengenai larangan mencela waktu. Di antaranya terdapat hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, Allah ’Azza wa Jalla berfirman, ’Aku disakiti oleh anak Adam. Dia mencela waktu, padahal Aku adalah (pengatur) waktu, Akulah yang membolak-balikkan malam dan siang.[5]

Dari sini, mencela waktu digolongkan sesuatu yang telarang, bisa jadi haram, bahkan bisa termasuk perbuatan syirik. Kenapa demikian? Karena Allah sendiri mengatakan bahwa Dia-lah yang mengatur siang dan malam. Apabila seseorang mencela waktu dengan menyatakan bahwa bulan ini adalah bulan sial atau bulan ini selalu membuat celaka, maka sama saja dia mencela Pengatur Waktu, yaitu Allah ’Azza wa Jalla.

Merasa Sial dengan Waktu Tertentu
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, Beranggapan sial termasuk kesyirikan, beranggapan sial termasuk kesyirikan. (Beliau menyebutnya tiga kali, lalu beliau bersabda). Tidak ada di antara kita yang selamat dari beranggapan sial. Menghilangkan anggapan sial tersebut adalah dengan bertawakkal.”[6]

Ini berarti bahwa beranggapan sial dengan sesuatu baik dengan waktu, bulan atau beranggapan sial dengan orang tertentu adalah suatu yang terlarang bahkan beranggapan sial termasuk kesyirikan.

Jangan Salahkan Bulan Suro!
Ingatlah bahwa setiap kesialan atau musibah yang menimpa, sebenarnya bukanlah disebabkan oleh waktu, orang atau tempat tertentu! Namun, semua itu adalah ketentuan Allah Ta’ala Yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya.
Satu hal yang patut direnungkan. Seorang muslim apabila mendapatkan musibah atau kesialan, hendaknya dia mengambil ibroh bahwa ini semua adalah ketentuan dan takdir Allah serta berasal dari-Nya. Allah tidaklah mendatangkan musibah, kesialan atau bencana begitu saja, pasti ada sebabnya. Di antara sebabnya adalah karena dosa dan maksiat yang kita perbuat. Inilah yang harus kita ingat, wahai saudaraku. Perhatikanlah firman Allah ’Azza wa Jalla (yang artinya), Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy Syuraa: 30)

Syaikh Sholih bin Fauzan hafizhohullah mengatakan, ”Jadi, hendaklah seorang mukmin bersegera untuk bertaubat atas dosa-dosanya dan bersabar dengan musibah yang menimpanya serta mengharap ganjaran dari Allah Ta’ala. Janganlah lisannya digunakan untuk mencela waktu dan hari, tempat terjadinya musibah tersebut. Seharusnya seseorang memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya serta ridho dengan ketentuan dan takdir-Nya. Juga hendaklah dia mengetahui bahwa semua yang terjadi disebabkan karena dosa yang telah dia lakukan. Maka seharusnya seseorang mengintrospeksi diri dan bertaubat kepada Allah Ta’ala.”[7]

Jadi, waktu dan bulan tidaklah mendatangkan kesialan dan musibah sama sekali. Namun yang harus kita ketahui bahwa setiap musibah atau kesialan yang menimpa kita sudah menjadi ketetapan Allah dan itu juga karena dosa yang kita perbuat. Maka kewajiban kita hanyalah bertawakkal ketika melakukan suatu perkara dan perbanyaklah taubat serta istighfar pada Allah ’Azza wa Jalla.

Lalu pantaskah bulan Suro dianggap sebagai bulan sial dan bulan penuh bencana? Tentu saja tidak. Banyak bukti kita saksikan. Di antara saudara kami, ada yang mengadakan hajatan nikah di bulan Suro, namun acara resepsinya lancar-lancar saja, tidak mendapatkan kesialan. Bahkan keluarga mereka sangat harmonis dan dikaruniai banyak anak. Jadi, sebenarnya jika ingin hajatannya sukses bukanlah tergantung pada bulan tertentu atau pada waktu baik. Mengapa harus memilih hari-hari baik? Semua hari adalah baik di sisi Allah. Namun agar hajatan tersebut sukses, kiatnya adalah kita kembalikan semua pada Yang Di Atas, yaitu kembalikanlah semua hajat kita pada Allah. Karena Dia-lah sebaik-baik tempat bertawakal. Inilah yang harus kita ingat.

Isilah Bulan Muharram dengan Puasa
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mendorong kita untuk banyak melakukan puasa pada bulan tersebut sebagaimana sabdanya, Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.[8]

Dari hari-hari yang sebulan itu, puasa yang paling ditekankan untuk dilakukan adalah puasa pada hari ’Asyura’ yaitu pada tanggal 10 Muharram. Berpuasa pada hari tersebut akan menghapuskan dosa-dosa setahun yang lalu. Abu Qotadah Al Anshoriy berkata, “Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, ”Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.”[9]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertekad  di akhir umurnya untuk melaksanakan puasa Asyura tidak bersendirian, namun diikutsertakan dengan puasa pada hari lainnya. Tujuannya adalah untuk menyelisihi puasa Asyura yang dilakukan oleh Ahlul Kitab.[10]

Imam Asy Syafi’i dan ulama Syafi’iyyah, Imam Ahmad, Ishaq dan selainnya mengatakan bahwa dianjurkan (disunnahkan) berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh sekaligus; karena Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berpuasa pada hari kesepuluh dan berniat (berkeinginan) berpuasa juga pada hari kesembilan.[11]

Intinya, kita lebih baik berpuasa dua hari sekaligus yaitu pada tanggal 9 dan 10 Muharram. Karena dalam melakukan puasa ‘Asyura ada dua tingkatan yaitu:  1) Tingkatan yang lebih sempurna adalah berpuasa pada 9 dan 10 Muharram sekaligus, dan 2) Tingkatan di bawahnya adalah berpuasa pada 10 Muharram saja.[12]

Insya Allah tanggal 9 dan 10 Muharram tahun ini bertepatan dengan tanggal 15 dan 16 Desember 2010. Semoga Allah memudahkan kita untuk melakukan amalan puasa ini. Hanya Allah yang memberi taufik. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna. [Muhammad Abduh Tuasikal]

Kutipan dari:
[1] HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679
[2] Lihat Zaadul Masiir, Ibnul Jauziy, tafsir surat At Taubah ayat 36, 3/173, Mawqi’ At Tafasir
[3] HR. Muslim no. 2812
[4] Syarh Suyuthi li Sunan An Nasa’i, Abul Fadhl As Suyuthi, 3/206, Al Maktab Al Mathbu’at Al Islami, cetakan kedua, tahun 1406 H
[5] HR. Muslim no. 6000
[6] HR. Abu Daud no. 3912. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no. 429. Lihat penjelasan hadits ini dalam Al Qoulul Mufid – Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah
[7] Lihat I’anatul Mustafid dan Syarh Masa’il Jahiliyyah
[8] HR. Muslim no. 1163, dari Abu Hurairah.
[9] HR. Muslim no. 1162.
[10] HR. Muslim no. 1134, dari Ibnu ‘Abbas.
[11] Lihat Al Minhaj Syarh Muslim, 8/12-13.
[12] Lihat Tajridul Ittiba’, Ibrahim bin ‘Amir Ar Ruhaili, hal. 128, Dar Al Imam Ahmad, cetakan pertama, tahun 1428 H.

forwarded by: hamdan 3boyz
related website: 
  1. www.buletin.muslim.or.id
  2.  http://muslim.or.id
  3. http://muslimah.or.id
  4. http://rumaysho.com
© 2010 - 3 boys information

Kamis, 09 Desember 2010

THE ENORMOUS ACHIEVE


3boysofsmandela.blogspot.com - Indonesia terpilih sebagai tuan rumah Piala AFF 2010, bersama Vietnam. Kedua negara akan menjadi tuan rumah bersama. Inilah kali ketiga Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah Piala AFF. Pada tahun 2002, Indonesia menjadi tuan rumah Piala AFF bersama Singapura, sedangkan tahun kemarin (2008), Indonesia menjadi tuan rumah bersama Thailand.

Sejak penyelenggaraan Piala AFF 1996 —sebelumnya bernama Piala Tiger—, hanya tiga negara yang pernah menjadi tuan rumah tunggal. Mereka adalah Singapura, Vietnam, dan Thailand menjadi tuan rumah tunggal tiga musim pertama Piala AFF. Tuan rumah bersama dimulai sejak Piala AFF 2002 dengan venue Indonesia dan Singapura.

PSSI menyatakan, Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) disiapkan kembali sebagai venue. ”Kami akan gunakan SUGBK.Aksesnya dekat dan mudah. Selama ini berbagai eventbesar selalu digelar di sana,” ujar Nugraha Besoes, Sekjen PSSI. Nugraha menambahkan, Indonesia memiliki nilai plus sebagai tuan rumah. Antusiasme penonton juga menjadi nilai tambah Indonesia dalam kampanye tuan rumah Piala AFF 2010.
Indonesia Belum Pernah Juara Piala AFF
Dari 7 (tujuh) kali pelaksanaan kejuaraan sepakbola antar negara ASEAN, Piala AFF, Indonesia belum pernah sekalipun menjuarainya. Prestasi terbaik timnas Indonesia mampu sampai laga final namun kalah di laga pemuncak tersebut, ini terjadi pada tahun 2000, 2002, dan 2004. Indonesia dikalahkan Thailand di final tahun 2000 dan 2002, sedangkan di final tahun 2004, Indonesia dikalahkan Singapura.
Sedangkan prestasi terburuk Indonesia di Piala AFF terjadi pada tahun 2006 yang diselenggarakan di Singapura dan Thailand, kala itu Indonesia tidak lolos dari penyisihan grup. Indonesia kalah bersaing dengan Singapura dan Vietnam sehingga tidak mampu lolos ke semifinal.

Menjadi tuan rumah Piala AFF tahun 2010 nanti merupakan sebuah ujian dan bahan evaluasi bagi Indonesia sebelum pengumuman tuan rumah Piala Dunia 2022, dimana Indonesia mencalonkan diri sebagai tuan rumah. Tuan rumah Piala Dunia 2022 menurut rencana akan diumumkan pada bulan Desember 2010. Harapannya adalah Indonesia mampu menjadi tuan rumah yang baik, dan menjadi juara pertama kalinya pada Piala AFF 2010, serta lolos menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Semoga! [www.bicarabola.com].

Daftar negara yang mengikuti piala AFF Cup 2010 (Indonesia - Vietnam)
1. Indonesia (juara grup A)
2. Singapura
3. Thailand
4. Filipina
5. Malaysia
6. Myanmar
7. Laos
8. Vietnam (juara grup B)

posted by : hamdan 3boys © 2010 - 3 boys information